Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yang berarti tidak dapat menjalankan hidupnya sendirian atau tanpa orang lain. Kita dapat melihatnya dari keadaan yang kita hadapi sehari-hari. Di rumah sebagai lingkungan terkecil saja, Allah menempatkan kita untuk tinggal bersama keluarga. Saat kita keluar selangkah saja dari rumah, Allah mempertemukan kita dengan orang lain di luar keluarga dan ada di lingkungan terdekat, yaitu tetangga. Ketika kita berangkat sekolah atau bekerja, di lingkungan yang lain kita juga dikumpulkan dengan sekelompok teman. Yang paling menakjubkan tetapi jarang kita sadari, saat kita datang ke sebuah tempat baru yang tak pernah kita datangi sebelumnya pun Allah masih saja menempatkan kita bersama orang lain walaupun belum kita kenal.

Hidup bersama keluarga tentu sudah sering dibahas pada banyak kesempatan. Namun, bagaimana adab hidup bertetangga sebagai lingkungan di luar keluarga yang paling dekat dengan kita?

Dalam Mukasyafatul Qulub (Terbitan Darul Kitab al-‘Arabi, Beirut, Cetakan Pertama, Tahun 2005/1426], halaman 301), Imam Al-Ghazali menguraikan tuntunan Rasulullah SAW dalam bertetangga. Imam Ghazali menyampaikan bahwa dasar penetapan hak bertetangga pernah Rasulullah sabdakan pada sebuah hadits, yang artinya:

Tetangga itu ada tiga: tetangga yang memiliki satu hak. Tetangga yang memiliki dua hak. Tetangga yang memiliki tiga hak. Tetangga yang memiliki tiga hak adalah tetangga Muslim sekaligus bersaudara, yaitu hak sesama Muslim, hak saudara, dan hak tetangga. Kemudian tetangga yang memiliki dua hak adalah tetangga Muslim, yaitu hak sesama Muslim dan hak tetangga. Sedangkan hak yang memiliki satu hak adalah tetangga yang musyrik.
(HR At-Thabrani)

Risalah Imam Ghazali berjudul al-Adab fid Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imam al-Ghazâli (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 444) menyantumkan beberapa adab bertetangga:

آداب الجار: ابتداؤه بالسلام، ولا يطيل معه الكلام، ولا يكثر عليه السؤال، ويعوده في مرضه، ويعزيه في مصيبته، ويهنيه في فرحه، ويتلطف لولده و عبده في الكلام، ويصفح عن زلته، ومعاتبته برفق عند هفوته، ويغض عن حرمته، ويعينه عند صرخته، ولا يديم النظر إلى خادمته

Adab bertetangga, yakni mendahului berucap salam, tidak lama-lama berbicara, tidak banyak bertanya, menjenguk yang sakit, berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah, ikut bergembira atas kegembiraannya, berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya, memaafkan kesalahan ucap, menegur secara halus ketika berbuat kesalahan, menundukkan mata dari memandang istrinya, memberikan pertolongan ketika diperlukan, tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa ada 12 adab bertetangga yang Imam Ghazali sebutkan. Pertama, menyampaikan salam terlebih dahulu saat berpapasan. Adab ini tentunya sudah menjadi salah satu karakter umat Islam dalam hidup bermasyarakat. Jika sudah mulai berbincang dengan tetangga, kita harus selalu waspada dan menjaga diri dari obrlolan yang tidak baik seperti ghibah dan fitnah. Oleh karenanya, Imam Ghazali juga menyebutkan agar kita tidak terlalu lama terlibat perbincangan dan bertanya dengan tetangga kita.

Adanya banyak pertemuan yang tanpa sengaja terjadi juga harus diperhatikan dalam beradab kepada tetangga, yaitu berbicara dengan lemah lembut kepada anak dan pembantu tetangga kita. Dalam hal musibah, Imam Ghazali menyebutkan bahwa sebagai tetangga kita perlu memprioritaskan jika ada tetangga yang sedang sakit dan berbela sungkawa jika ada tetangga yang meninggal. Tak hanya itu, kita juga harus mau memberikan pertolongan jika ada tetangga yang memerlukan. Sebaliknya, jika ada tetangga yang sedang berbahagia karena nikmat dari Allah maka kita harus ikut bergembira.

Mengenai hubungan tetangga perempuan, Imam Ghazali pun mengingatkan agar kita menundukkan pandangan dan tidak terus-menerus memandang istri atau suami tetangga kita dan juga pembantunya. Hidup bertetangga tentu ada kalanya terjadi kesalahpahaman maupun masalah. Dalam hal ini, kita harus mau menegur tetangga jika ada kesalahan yang dilakukan dan memaafkannya jika ada ucapan yang tidak benar.

Walaupun dua belas sikap di atas merupakan sikap yang nampak sepele, tetapi kita perlu mempelajari dan mengingatnya demi menjaga hubungan dengan tetangga sebagai lingkungan terdekat kita. Jika semua hal tersebut kita jaga, maka akan tercipta lingkungan yang ramah dan rukun.

Share This

Share This

Share this post with your friends!