Mungkin sudah ratusan zoom meeting yang kita lewati selamat pandemi yang sudah lebih dari 2 tahun ini. Walaupun aplikasi zoom sudah eksis sejak tahun 2012. Zoom sudah menjadi istilah pengganti “Online Meeting”. Namanya juga online, tentu berbeda dengan offline. Yang jelas paling berasa dengan intensnya kita melakukan zoom meeting adalah zoom fatigue.

Zoom fatigue adalah kondisi dimana kita merasa jenuh dan kelelahan efek dari penggunaan aplikasi zoom (atau aplikasi online meeting lainnya) secara berlebihan. Efeknya ternyata tidak hanya ke kelelahan secara fisik, terutama mata, tapi juga dari sisi psikologi dan cara komunikasi kita. Standfor University merilis setidaknya 4 alasan kenapa kita merasakan zoom fatigue.

Kontak Mata Jarak Dekat yang Berlebihan

Satu hal yang paling dramatis berbeda antara online meeting dan offline meeting adalah kontak mata atau eye contact. Jika di offline meeting, dalam kasus event seminar misalnya, pandangan mata kita hanya ke trainer atau speaker bukan, hanya sepasang mata. Mendadak ketika di online seminar dengan kapasitas 100 peserta, kita memandang 100 pasang mata termasuk melihat diri kita di video.

Dalam dunia public speaking, kondisi ketika kita berdiri (berkomunikasi) di depan banyak orang yang memandang kita adalah pengalaman yang membuat kita tertekan. Yang harusnya 1 peserta hanya melihat pada 1 trainer, di zoom meeting, 100 peserta melihat 100 peserta lainnya juga.

Solusinya: di zoom meeting kita bisa mengaktifkan “Speaker View” yang mana hanya akan menampilkan video dari orang yang sedang aktif berbicara saja.

Melihat Diri Sendiri Selama Meeting Secara Real-Time dan Terus Menerus

Menurut Profesor Jeremy Bailenson, Direktur sekaligus pendiri Stanford Virtual Human Interaction Lab (VHIL) mengatakan bahwa ketika kita melihat diri kita sendiri di video chat dengan durasi yang lama setiap hari, ini menjadi tekanan atau stress ke diri sendiri dan menimbulkan emosi negatif, termasuk menjadikan diri kita lebih kritis kepada diri sendiri.

Solusinya: di aplikasi zoom, aktifkan “Hide Self-View” yang akan menyembunyikan tampilan video diri kita sendiri, kita hanya bisa melihat peserta lain yang menyalakan video.

Obrolan Selama Meeting Yang Mengurangi Mobilitas

Komunikasi via telepon dan video jelas berbeda. Jika berkomunikasi via telepon, kita bisa bergerak kesana-kemarin, bahkan bisa multi-tasking, hal itu tidak terjadi dengan zoom meeting yang harus menyalakan video. Ketika menyalakan video, mobilitas kita terbatas dan tidak natural.

Solusinya: posisikan kamera kamu agak jauh supaya mendapat angle yang lebih luas. Dan sesekali kamu bisa menonaktifkan kamera selama meeting untuk mengistirahatkan bahasa tubuh yang kamu keluarkan selama zoom meeting.

Beban Kognitif Yang Jauh Lebih Tinggi

Kognitif sendiri adalah ilmu psikologi yang mempelajari proses mental seperti perhatian, bahasa, daya ingat, persepti, kretivitas, pola piki, sampai problem solving. Bahasa tubuh yang digunakan dalam zoom meeting bisa berarti berbeda, termasuk pandangan mata. Antara orang yang fokus dan berpaling bisa jadi 2 hal yang berbeda.

Solusinya: ketika mengikuti meeting dengan durasi yang panjang, nyalakan fitur “Audio Only” alias hanya mendengarkan suara layaknya mendengarkan podcast.

Untuk melihat jurnal lebih lengkap tentang Zoom Fatigue bisa kamu lihat di jurnal yang dirumuskan oleh dari representatif Standford University dan University of Gothenburg dengan judul Zoom Exhaustion & Fatigue Scale (ZEF) dengan sampel data survey sebanyak lebih dari 700 responden.

Share This

Share This

Share this post with your friends!