“Obat hati ada lima perkaranya. Yang pertama baca qur’an dan maknanya.” Kita tentu sering mendengar lirik lagu tersebut, yaitu lirik lagu berjudul Obat Hati yang dinyanyikan Opick. Dari lagu tersebut kita jadi tahu bahwa menurut Islam ada lima jenis obat hati, yakni; membaca qur’an dan maknanya, mendirikan salat malam, berkumpul dengan orang salih, memperbanyak berpuasa, memanjangkan dzikir malam.

Lebih spesifik lagi, ternyata lima obat hati tersebut adalah pernyataan dari Syekh Ibrahim Al-Khawash ini kemudian diabadikan oleh Imam Al-Qusyairi dalam Risalah-nya sebagai berikut.

ومن كلامه أيضا دواء القلب خمسة أشياء: قراءة القرآن بالتدبر، وخلاء البطن، وقيام الليل؛ والتضرع عند السَحر، ومجالسة الصالحين ذكره القشيري في الرسالة

Salah satu ucapannya (Ibrahim Al-Khawash adalah,

Obat hati terdiri atas lima perkara, (1) membaca Al-Quran disertai perenungan, (2) mengatur pola makan agar perut tidak kenyang (bisa puasa atau cara lain), (3) bangun malam (tahajud, zikir, atau amal lainnya), (4) merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam, (5) bergaul dengan orang-orang saleh.
(Ar-Risalatul Qusyairiyah).

Lima obat hati tersebut adalah rincian tambahan dari Imam Al Ghazali saat menjelaskan tentang tawakkal. Lima hal tersebut ternyata bukan hanya berdiri sendiri-sendiri dalam menjadi obat hati, tetapi juga saling melengkapi. Artinya, jika kita ingin jauhkan diri dari penyakit hati, maka mengamalkan lima hal tersebut akan sangat membantu kita dalam mengobati penyakit batin.

Ibnu Athaillah dalam Syarah Hikam menyebutkan hal lain. Disampaikan bahwa hati merupakan tempat berseminya cinta atau makrifat kepada Allah serta tumbuhnya rasa keikhlasan. Jika kita ingin sampai pada fase tersebut, menurut beliau hanya ada satu cara yaitu beruzlah. Uzlah berarti menghadapkan hati secara terarah khusus kepada Allah SWT.

Upaya beruzlah akan membuat hati kita terbebas dari masuknya pengaruh dan gambaran lain selain Allah. Menurut Syekh Zarruq, ada tiga 3 bagian uzlah. Pertama, orang yang beruzlah hatinya saja tetapi tidak dengan badannya. Kedua, sebaliknya yaitu beruzlah dengan badannya tetapi tidak dengan hatinya, dan terakhir yang paripurna adalah beruzlah badan dan hatinya.

Menurut Ibnu Athaillah, uzlah yang sempurna adalah uzlah-nya ahlun nihayah atau manusia yanh ada pada tingkat sempurna. Maksudnya, yang masuk pada kelompok ini adalah orang yang dapat memelihara uzlah dalam diri walaupun lingkungan sekitarnya penuh kemaksiatan. Semoga kita semua dapat memelihara diri dari penyakit hati dan menumbuhkan uzlah dalam diri.

Share This

Share This

Share this post with your friends!