Jika kamu termasuk netizen yang aktif ber-social media dan intens menggunakan gadget, kemungkinan besar kamu mempunyai komunitas online. Umumnya komunitas online lebih besar skalanya dibanding komunitas offline. Jika komunitas offline terbatas secara ruang dan waktu karena harus bertatap muka secara langsung, berbeda dengan komunitas online yang bisa diana saja dan dengan kapasitas yang bisa dibilang unlimited. Grup WhatsApp, Telegram, Instagram, Twitter Space dan masih banyak lagi.

Dengan kemajuan gadget dan internet, konektivitas yang semakin mudah, paradoksnya adalah banyak orang merasa lebih kesepian daripada sebelumnya karena minimnya mobilitas dibanding dulu. Di dunia online, meskipun kita dapat terhubung dengan siapa saja di seluruh dunia hanya dengan satu klik, interaksi yang kita lakukan sering kali terasa dangkal. Banyak dari kita yang merindukan hubungan yang lebih dalam. Tapi komunitas online tak akan terbendung dan akan terus berkembang sebagai bentuk eksistensi dan aktualisasi diri.

Tren Komunitas Online

Tren membuat komunitas online semakin meningkat, rasa-rasanya sangat jarang jika kita cek di aplikasi messenger seperti WhatsApp dan Telegram yang di dalamnya kita tidak tergabung dalam suatu group chat. Banyak orang yang mulai menyadari bahwa interaksi di dunia maya bisa lebih dari sekadar like dan komentar. Mereka ingin membangun hubungan yang lebih panjang koneksinya yang tidak terbatas harus berinteraksi ketika bertatap muka. Terlebih buat mereka yang sudah bekerja, group chat lebih dari tempat berkomunikasi, tapi juga tools untuk produktivitas.

Entah kenapa walaupun WhatsApp dan Telegram merupakan top 5 aplikasi yang digunakan netizen Indonesia, tapi jika keyword yang muncul adalah “komunitas online”, top of mind brand langsung mengarah ke aplikasi Discord. Aplikasi yang fitur utamanya mengaopsi aplikasi pengiriman pesan ini dirilis pada 2015 dan semakin populer ketika masa pandemi dan maraknya tren NFT (Non-Fungible Token). Aplikasi Discord yang awalnya dirancang untuk gamer bisa saling berinteraksi 2 arah ketika live streaming, kini telah berkembang menjadi ruang bagi berbagai komunitas.

Kembali lagi Discord, WhatsApp dan Telegram hanyalah tools, substansi dari sebuah komunitas berbasis digital adalah premis utamanya adalah tetap terkoneksi kapanpun dan diamanapun. Tidak sedikit juga para influencer atau pemilik akun dengan jumlah follower yang banyak melakukan ritual membuat group chat untuk mengumpulkan pengikutnya di satu tempat yang lebih mengedepankan interaksi.

Kekuatan Eksistensi Komunitas Online

Kekuatan eksistensi komunitas online tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain memberikan dukungan emosional, komunitas ini juga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan.

  • Belajar Ketrampilan Baru
    Banyak orang yang belajar keterampilan baru atau mendapatkan wawasan berharga dari anggota komunitas lainnya. Misalnya, grup mengaji sampai belajar bahasa asing sering kali menjadi tempat di mana orang-orang saling belajar, tentunya dengan fitur voice note dan translation yang semakin canggih semakin mendukung aktivitas belajar via audio.
  • Social Movement
    Komunitas online juga dapat menjadi medium untuk perubahan sosial atau social movement. Banyak gerakan sosial yang dimulai dari komunitas online, di mana orang-orang berkumpul untuk memperjuangkan isu-isu penting. Pasti kamu juga merasakan ketika ingin membuat suatu social movement, hiruk pikuknya bak panitia penyelenggaraan event, semua koordinasi akan mulus ketika ada di satu komunitas online. Bertukar dokumen sampai melakukan polling bisa dilakukan di group chat.
  • Berkumpulnya Hobi-Hobi
    Ketika kita berbicara tentang komunitas online, kita berbicara tentang ruang di mana orang-orang dengan minat, hobi, atau tujuan yang sama berkumpul. Apapun hobinya, mulai yang murni hiburan seperti komunitas traveller, olah raga, atau yang berhubungan dengan edukasi seperti komunitas buku dan pecinta jurnal.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren komunitas online ini semakin berkembang. Menurut laporan dari Pew Research Center, sekitar 70% orang dewasa di Amerika menggunakan social media dan banyak dari mereka terlibat dalam komunitas online. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang mendalam untuk terhubung dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.

Komunitas online tidak hanya memberikan tempat untuk berbagi pengalaman, tetapi juga menjadi sumber dukungan emosional. Di lingkungan keluarga ada grupnya, di lingkungan sekolah pasti ada, lingkungan kerja atau komunitas juga, dan banyak lagi. Rasanya semakin banyak kegiatan atau keterlibatan kita di suatu komunitas tertentu, bertambahnya group chat adalah keniscayaan. Filternya ada di kita yang harus pintar memilah dan memilih grup, tidak harus semuanya dibuat grup. Jangan sampai tools yang harus memudahkan tapi justru menjadi beban atau bahkan ancaman privasi.

Share This

Share This

Share this post with your friends!