Sekolah berasrama atau di pondok pesantren pasti memiliki banyak makna dan cerita. Terlebih lagi mereka yang di usia sekolah. Baik SMP atau SMA. Di usia yang cukup matang untuk mengalami dan memaknai suatu hal, ada banyak ingatan yang begitu kuat dan kelak akan diceritakan di masa depan.

Tapi apakah kegiatan di asrama hanya sekedar untuk menjadi ingatan saja? Atau bisa mengolah kenangan itu menjadi pembelajaran? Harusnya pilihan nomor dua dong.

Mengolah pengalaman adalah aktivitas. Sedangkan pembelajaran adalah output. Penting bagi kita untuk beraktivitas yang memberikan ouput bermakna. Nah, bagi anak asrama, apa saja yang bisa dilakukan sehingga bukan hanya menjadi kenangan, tapi juga pembelajaran?

1. Buddy atau Sparing Partner

Setiap anak di asrama punya karakter tersendiri seperti halnya karakter manusia pada umumya. Tapi hidup di asrama pastinya berbeda. Tidak sama dengan hidup di rumah. Jika hidup di rumah bisa bertemu dengan orangtua setiap hari, makan tidur semaunya, bahkan fasilitas serba lengkap. Tapi di asrama menjadi terbalik. Makan dan tidur diatur, fasilitas digunakan bersma, bertemu bahkan menghubungi orangtua pun dibatasi.

Hidup seperti ini bagi sebagian anak tidak mudah. Hidup yang menjadi tantangan atau bahkan beban tersendiri baginya. Maka tidak heran ada saja siswa di tengah masa pendidikan keluar dari asrama karena tidak betah, Maka apa solusinya? Pertemukan dengan buddy. Apa itu buddy?

Buddy bisa diartikan teman dekat yang dipasangkan. Tidak serta merta sahabat. Tujuannya lebih ke saling mengingatkan dan menguatkan. Bisa juga disebut sparing partner.

Contohnya, siswa yang aktif di olimpiade matematika dipasangkan dengan siswa yang punya ketertarikan sama. Tujuannya agar bisa diskusi sehingga bertambahnya ilmu. Tidak hanya berharap ilmu baru dari guru di sekolah, tapi juga buddy di asrama.. Atau bisa juga dipasangkan dengan siswa yang memiliki peminatan berbeda agar bisa saling belajar hal baru.

2. Mentoring Kakak Adik

Mentoring juga bisa dilakukan oleh anak asrama. Bisa dibentuk antara kakak tingkat dengan adik tingkat. Misalkan senior kelas XII sebagai mentor kelas XI. Senior kelas XI sebagai mentor kelas X. Mentoring bisa dibentuk one by one atau dalam bentuk grup khusus.

Mentoring one by one ditujukan agar setiap penghuni asrama memegang tanggungjawab yang sama. Saling memacu diri untuk bertumbuh. Setiap kakak tingkat bertanggungjawab dengan adik tingkatnya. Harapannya, di masa sekolah mereka belajar, di masa depan menjadi ingatan yang berkesan.

Bisa juga dengan mentoring dalam grup khusus. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kedekatan antar satu sama lain. Sehingga bagi yang merasa sungkan untuk kenalan secara one by one, bisa melakukan pendekatan dalam kebersamaan.

3. Proyek Angkatan

Ide kreatif lain adalah proyek angkatan. Selama 3 tahun hidup bersama di asrama pasti punya banyak kesan. Bahkan bukan hanya kesan, tapi juga punya mimpi yang ingin diperjuangkan bersama. Maka memulainya dari asrama untuk pemanasan di masa depan bisa menjadi pemanasan.

Satu angkatan membuat proyek khusus dalam waktu tahunan atau momen tertentu. Misalkan menjelang perpisahan satu angkatan membuat buku tahunan berupa dokumentasi digital. Bisa juga dengan membuat buku yang berisikan kumpulan cerita inspirasi selama hidup di asrama. Tidak ada yang menyangka kan, yang awalnya iseng menulis kisah pribadi dalam antologi, kelak di masa depan menulis buku pribadi.

Hidup di asrama tidak selalu membosankan. Bahkan dengan kebersamaan, harusnya bisa banyak kegiatan bermanfaat yang bisa dihasilkan. Ada ide lainnya?

Share This

Share This

Share this post with your friends!