Anda tentu saja sudah sangat familiar dengan hadits pertama dalam kumpulan hadits Arbain. Hadits yang sangat sederhana ini menjadi hadits pertama bukannya tanpa alasan. Ada banyak makna yang terkandung dalam hadits yang singkat dan mudah dihapal ini.

Sebelum membahas tentang makna haditsnya, akan lebih baik jika Anda mengetahui teks hadits lengkapnya. Yaitu sebagai berikut:

Dari Amirul Mu’minin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka yang merupakan kitab hadits paling shahih)

Hadits ini membahas tentang hal yang paling dasar dari setiap amal perbuatan, yaitu niat. Tidak ada satu orang pun yang terlepas dari niat. Sebelum melakukan suatu perbuatan, seseorang pasti memiliki niat, baik niat yang diucapkan, maupun niat yang disimpan sendiri.

Niat inilah yang menentukan bagaimana nilai perbuatan tersebut di hadapan Allah. Memahami hadits ini akan membantu seorang muslim memahami ruang lingkup niat dengan lebih dalam. Berikut ini adalah beberapa makna yang bisa ditelaah dari hadits arbain 1 tersebut:

1. Niat adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam

Setiap amal yang dilakukan oleh seorang muslim harus dilandasi niat yang benar dan keikhlasan agar amal tersebut diterima. Seorang hamba melakukan suatu perbuatan dengan 3 hal. Yaitu hati, lisan, dan anggota badan. Niat adalah salah satu dari tiga hal tersebut. Karena itu, tidak berlebihan jika Imam Ahmad dan Imam Syafii mengatakan bahwa hadits ini mencakup sepertiga ilmu.

Selain itu, Imam Syafii juga mengatakan kalau makna hadits tentang niat ini mencakup 70 bab fiqh. Bahkan banyak ulama yang mengatakan bahwa hadits ini merupakan sepertiga bagian dari Islam. Karena itulah setiap orang yang menuntut ilmu wajib meluruskan kembali niat yang dimilikinya.

2. Pembeda status hukum atau amal seseorang

Saat seorang hamba melakukan puasa di haris Senin, ada beberapa kemungkinan puasa yang dilakukannya. Bisa puasa Senin Kamis, puasa Syawal, puasa Daud, dan lain sebagainya. Sekilas, tidak ada perbedaan antara puasa – puasa tersebut. Hanya orang yang melakukan puasa yang mengetahui puasa apa yang dia niatkan pada hari itu.

Selain itu, dengan niat pula suatu perbuatan biasa bisa bernilai pahala. Misalnya saja seperti makan, tidur, minum, dan lain sebagainya. Saat seorang hamba meniatkan semua perbuatan tersebut sebagai bentuk ibadah, maka perbuatan tersebut akan bernilai ibadah.

Dari hadits ini pula lahir kaidah fiqh yang terkenal, yaitu:

Urusan atau perkara tergantung maksud – maksudnya.
(Imam As-Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair)

3. Pentingnya niat yang ikhlas

Suatu amal perbuatan diterima Allah jika niatnya benar dan caranya benar. Saat suatu amalan baik atau suatu ibadah dilakukan karena niat selain Allah, maka amalan atau ibadah tersebut bisa tertolak bahkan pelakunya bisa celaka. Termasuk niat yang tidak ikhlas adalah berharap pujian, ketenaran, harta dunia, dan lain – lainnya.

Bahkan seseorang yang berniat melakukan amal kebaikan bisa dihitung sudah melakukan kebaikan jika niatnya murni dan ikhlas karena Allah. Misalnya saja orang yang berniat shalat malam lalu tertidur atau orang yang berniat shalat jamaah lalu begitu ia sampai masjid jamaah sudah selesai. Orang tersebut tetap mendapatkan pahala sebagaimana orang yang telah melakukannya.

4. Niat seseorang bisa diperbaharui

Dalam hadits tersebut, disebutkan bahwa

Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.

Hadits tersebut tidak menyebutkan secara langsung bahwa orang yang melakukan sesuatu dengan niat karena dunia atau wanita akan mendapatkan dunia dan wanita. Namun, disebutkan bahwa orang tersebut akan “mendapatkan apa yang ia inginkan”. Hal ini merupakan salah satu bentuk kebaikan Allah kepada hamba-Nya.

Dengan kata lain, jika seseorang melakukan suatu amalan karena niat lain selain Allah dan Rasul-Nya, kemudian di pertengahan jalan dia menyadari kesalahannya dan memperbaiki niatnya, maka orang tersebut akan mendapatkan apa yang dia niatkan tersebut. Yaitu Allah dan Rasul-Nya pula.

Selain makna tersebut, tentu saja masih banyak makna lain yang bisa ditelaah dari hadits ini dan hadits lainnya. Wallahu A’lam

Share This

Share This

Share this post with your friends!