Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan secara terminologi, metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu Lembaga sekolah pastilah ada model pembelajaran yang berbeda-beda satu dengan yang lain, termasuk juga dengan pesantren. Di pesantren juga mempunyai model pembelajaran secara umum dan tentunya beragama. Apa saja metode yang digunakan untuk pembelajaran di pesantren? Yuk kita simak Bersama-sama, metode pembelajaran di pesantren.
Adapun metode yang digunakan di lingkungan pondok pesantren antara lain, Seperti di bawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing pondok pesantren :
- Metode tanya jawab
- Metode widya wisata
- Metode diskusi
- Metode pemberian situasi
- Metode imlak
- Metode problem solving
- Metode mutholaah
- Metode pembiasaan
- Metode proyek
- Metode dramatisasi
- Metode dialog
- Metode reinforcement
- Metode karya wisata
- Metode berdasarkan teori
- Metode hafalan/ verbalisme
- Connectionisme
- Metode sosiodrama
- Metode dengan sistem modul
Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu:
- Metode yang bersifat tradisional (salaf), yakni metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pembelajaran asli (original) pondok pesantren.
- Metode pembelajaran modern (tajdid), yakni metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pondok pesantren dengan memasukkan metode yang berkembang pada masyarakat modern, walaupun tidak diikuti dengan menerapkan sistem modern, seperti sistem sekolah atau madrasah pada umunya.
Pada umumnya pembelajaran di pesantren mengikuti pola tradisional, yaitu model sorogan dan model bandongan. Baik dengan model sorogan maupun bandongan keduanya dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan pembacaan terjemahan, syarat dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian semantik. Kyai sebagai pembaca dan penerjemah, bukanlah sekadar membaca teks, melainkan juga memberikan pandangan-pandangan (interpretasi) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya. Kedua model pengajaran ini oleh sementara pakar pendidikan dianggap statis dan tradisional.
Secara teknis, model sorogan bersifat individual, yaitu santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Sedangkan model bandongan (weton) lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai menerangkan pelajaran secara kuliah dengan terjadwal.
Itulah sedikit tentang model pembelajaran yang ada di pesantren. Setiap pesantren pastilah ada model pembelajaran yang berbeda-beda, disesuaikan dengan Kyai atau orang yang dituakan di setiap pesantren.