Apa bukti cinta kepada seseorang?
Setiap orang pasti memiliki caranya tersendiri untuk membuktikan cintanya. Tentu maksud cinta di sini bukan hanya dalam konteks laki-laki dan perempuan. Lebih umum lagi. Kepada sesama manusia. Nah, apa apa yang bisa dilakukan sebagai bukti cinta?
Memberi hadiah, meluangkan waktu bersama, berkomunikasi, berinteraksi, bertegur sapa saling mengenali, dan masih banyak lagi. Setidaknya yang paling minimal untuk membuktikan cinta adalah mengingat. Bukan hanya mengingat ketika butuh, tapi mengingat sepanjang waktu.
Bukti cinta tadi bukan hanya berlaku kepada sesama manusia biasa saja sebenarnya. Bahkan kepada manusia yang paling mulia, Rasulullah SAW pun berlaku hal yang lebih kurang sama. Tentu bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW yang secara fisik tidak ada lagi di dunia tidak bisa kita samakan dengan seseorang yang masih dilihat wujudnya. Tapi bukan berarti bukti cinta kepada Rasullulah SAW terbatas. Bahkan harusnya, kepada Allah dan Rasulullah SAW lah cinta tertinggi kita berikan.
Bukti cinta kita kepada Allah dan Rasulullah SAW secara ucapan dengan mudah bisa kita buktikan. Bahkan secara tak sadar kita lakukan. Tapi sayangnya, seringkali kita kurang memaknainya.
Coba ingat kembali saat kita mengawali sesi pertemuan baik seperti kajian. Kita pasti mengawalinya dengan ucapan bismillah, bersyukur kepada Allah, bershawalat kepada nabi, lalu masuk ke isi. Betul? Tapi coba maknai kembali, sebenarnya tujuannya apa sih? Pernahkah bertanya seperti ini?
Tujuan paling sederhana, serendah-rendahnya, seminimal mungkin adalah agar kita selalu mengingat. Inilah bukti cinta. Karena bagaimana bisa kita menyatakan cinta tapi melupakannya walau sesaat. Maka bukan hal yang keliru lagi jika kebiasaan kita mengawali sesi adalah upaya kita untuk mengingat agar selalu bertambah dan bertumbuh cinta kepada Allah dan Rasululah SAW.
Tentang shalawat. Kenapa kita perlu bershalawat? Jawabannya sederhana saja. Karena yang bershalawat bukan hanya kita manusia saja. Bahkan Allah dan malaikat saja bershalawat kepada nabi. Lantas kita manusia biasa, bagaimana bisa mengabaikan perintah ini?
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya dengan penuh penghormatan.
(QS. Al-Ahzab: 56)
Shalawat adalah upaya pengingat, salam penghormatan, dan bukti terkecil kita mencintai. Kenapa bukti terkecil?
Bukan bermaksud mengerdilkan keutamaan shalawat. Tapi perlu rasanya kita mengkritisi bukti kita mencintai. Kalaulah kita benar mencintai, tentu bukan hanya dengan ucapan saja. Mengenali lebih banyak, meneladani sikap keseharian, bahkan tersentuh ketika disebutkan namanya harusnya kita lakukan dan rasakan juga. Ini adalah nasihat bagi kita semua. Agar kita lebih mencintai sosok yang Allah cintai, Rasulullah SAW.
Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.
(HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i)
Kurang baik apa lagi Rasulullah kepada kita? Kita yang bershalawat kepadanya, tapi Allah membalas untuk kita sepuluh kali Lantas, kenapa masih enggan bahkan mengabaikan shalawat?
Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat untukku.
(HR Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Hibban)
Sungguh, bukan hanya kita yang penting mencintai Rasulullah SAW. Beliau pun begitu mencintai kita sebagai umatnya. Beliau ingin agar kita ingat dan dekat kepadanya. Dan shalawat, adalah salah satu kuncinya. Seminimal mungkin berucap,
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.”
“Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”
Shalawat adalah bukti cinta, lantas kenapa mengabaikannya? Semoga hati dan lisan kita senantiasa mengamalkan shalawat terbaik untuknya.