Sebelumnya kita sudah membahas tentang bagaimana AI menjadi bagian dari evolusi content creator. Kali ini yang juga masih berhubungan adalah tentang fenomena content creator. Kenapa disebut fenomena? Karena sekarang tidak sedikit yang beralih profesi menjadi full-time content creator, dan lebih banyak lagi yang mengkombinasikan profesi mereka sekarang dengan sambilan membuat konten.

Spirit menjadi content creator sebenarnya bagus, sebuah movement yang awalnya sebagai konsumen konten menjadi produsen konten. Terlepas apa tujuannya: ada yang memang mencari keuntungan dengan mempromosikan suatu produk, ada yang untuk kebutuhan marketing atau branding, ada juga yang hanya mengaktualisasi diri dengan membuat konten random yang berhubungan dengan sekitarnya. Apakah kamu salah satunya?

Trigger Menjadi Content Creator

Jika dilihat di smartphone mayoritas penduduk Indonesia, bisa dipastikan ter-install aplikasi social media: YouTube, Instagram, dan TikTok. Di social media tersebut konsepnya adalah user generated content alias mereka hanya menyediakan platform, untuk kontennya berasal dari penggunanya di mana siapa pun bisa berbagi konten dan mendapatkan audience. Untuk menjadi content creator, tidak harus berawal dari artis atau selebriti, profesi yang tidak terkait langsung dengan hiburan juga bisa menjadi content creator, contohnya karyawan, pengusaha, bahkan ibu rumah tangga pun bisa menjadi content creator.

Alasan utama yang umumnya menjadi trigger untuk menjadi content creator adalah adalah kebebasan waktu dan potensi penghasilan tambahan. Selain itu, menjadi content creator menawarkan ruang bagi orang untuk mengaktualisasi diri tanpa batasan. Kreativitas, yang sering terpendam dalam rutinitas sehari-hari dan hobi yang eksis dijalankan bertahun-tahun bisa diubah menjadi karya bernilai. Perlu diingat bahwa konten tidak harus berisi hiburan, bisa juga isinya adalah motivasi atau edukasi, misalnya,:

  • teknisi bisa membuat konten edukatif tentang tips perbaikan
  • seorang barista bisa berbagi cara membuat kopi spesial
  • penjahit bisa membuat tutorial membuat kostum atau seragam

Beragam Profesi yang Terjun ke Dunia Konten

Menariknya dunia content creator adalah tidak ada spesifikasi atau persyaratan khusus untuk eksis. Buktinya banyak orang yang bukan artis tapi mereka yang berasal dari berbagai bidang profesional mulai beralih atau sekadar mencoba peruntungan menjadi content creator. Contohnya adalah profesi dokter atau tenaga kesehatan. Profesi ini dijadikan contoh karena memang ternyata profesi ini tidak melulu melakukan praktek untuk pencegahan dan pengobatan, tapi ternyata profesi ini juga ada fungsi sosialisasi yang mana beririsan dengan content creation. Selain itu, dampak dari pandemi kemarin, banyak sekali content creator dengan background pendidikan kesehatan mulai membuat akun dan mengedukasi.

Kembali ke profesi di bidang kesehatan yang bisa dibilang beralih dan menambah aktivitasnya di bidang content creator. Banyak dokter dan ahli kesehatan yang membuat konten edukasi tentang kesehatan untuk menjangkau audiens lebih luas yang bisa juga dijadikan materi promosi jasanya. Disadari atau tidak, ternyata edukasi membuka mata audience tentang pentingnya kesehatan, ujung-ujungnya mereka akan mencari ahli di sekitarnya yang bisa diakses untuk mendapatkan penanganan. Sebenarnya tidak ada yang paling diuntungkan atau dirugikan, baik si creator dan si audience sama-sama mendapatkan manfaat langsung yang berawal dari konten.

Potensi Penghasilan yang Menarik

Menjadi content creator bukan lagi sekadar hobi atau sampingan. Banyak orang terjun serius ke bidang ini karena potensi penghasilan yang signifikan. Sebagai pengetahuan, pemeran dalam dunia social media setidaknya ada:

  1. Platform: YouTube, Instagram, Facebook, TikTok
  2. Brand: produk dan jasa yang eksis membuat konten dan berpromosi
  3. Content Creator: individu yang membuat konten dengan topik tertentu
  4. User: end-user atau konsumen utama yang mengakses konten

Dari 4 pemeran di atas, platform yang menjadi gacoan penyedia medium berbagi, jadi merekalah sebenarnya yang menjadi host-nya. Itulah kenapa platform seperti

  • YouTube semakin gencar menawarkan monetisasi melalui iklan
  • Instagram dan TikTok membuka peluang kerja sama dengan berbagai merek

Bahkan, beberapa content creator mampu menghasilkan pendapatan pasif dari konten lama yang tetap menarik penonton. Selain penghasilan langsung, banyak creator mendapatkan manfaat tidak langsung:

  • tawaran kerja sama
  • endorsement
  • undangan sebagai pembicara

Tidak jarang juga content creator mendapatkan kesempatan untuk membuat produk sendiri, seperti merchandise atau buku, yang memperluas sumber pendapatan mereka.

Sisi lain dibalik kerja keras content creator, tidak semua orang menyadari tantangan yang datang bersama profesi ini. Konsistensi dan kreativitas menjadi dua faktor utama untuk bertahan dalam persaingan ketat. Karena social media ini termasuk medium on-demand, kita bisa menikmati kapanpun, konten siapapun, durasi seberapa lama, dan berpindah-pindah sesuka hati. Itulah kenapa seorang content creator handal juga perlu mengetahui banyak trik supaya kontennya selalu menarik dan relevan.

Jika sang creator sudah mempunyai engagement yang tinggi dengan audience-nya, biasanya ada saja pihak-pihak yang justru kontra. Kritik, hate speech dan tekanan dari publik juga bisa menjadi beban psikologis tersendiri jika si creator tidak pandai membawa diri. Selain itu, platform digital yang selalu berubah fitur dan algoritmanya memerlukan adaptasi cepat. Algoritma yang berubah atau tren yang berganti bisa mempengaruhi performa konten secara drastis. Ini membuat content creator harus terus belajar dan mengikuti perkembangan. Sejauh ini, tertarik menjadi content creator atau hanya ingin mejadi konsumen konten saja?

Share This

Share This

Share this post with your friends!